Berbicara mengenai pembangunan kota besar seperti DKI Jakarta, tentunya tidak hanya berfokus pada pembangunan gedung-gedung pencakar langit, akan tetapi terdapat hal yang lebih penting untuk diperhatikan yaitu sistem transportasi publik bagi masyarakat. Menurut data yang dirilis oleh TomTom Traffic Index 2023, menunjukkan bahwa DKI Jakarta menempati posisi ke-30 sebagai kota termacet di dunia. Dari total 225 jam mengemudi, 177 jam di antaranya dihabiskan hanya karena terjebak kemacetan pada jam-jam sibuk.
Pada dasarnya, solusi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta terbagi ke dalam dua jenis, yaitu solusi jangka pendek dan solusi jangka panjang. Untuk solusi jangka pendek, dalam hal ini pemerintah dan pihak swasta dapat bekerjasama dengan menerapkan kebijakan work from home (WFH) agar membantu mengurangi kepadatan saat jam-jam sibuk, kemudian untuk solusi jangka panjang adalah dengan melakukan optimalisasi terhadap jaringan sistem transportasi publik yang telah ada sebelumnya.
Salah satu moda transportasi publik di Jakarta yaitu PT MRT Jakarta Perseroda mengenalkan konsep sistem transportasi publik yang berbasis TOD (Transit Oriented Development), PT MRT Jakarta sendiri telah memetakan kawasan TOD di sepanjang koridor Bundaran HI – Lebak Bulus. Salah satu tujuan konsep berorientasi transit ini adalah untuk memudahkan masyarakat dan menarik minat masyarakat untuk beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik.
Pada kesempatan kali ini, mari kita bahas lebih lanjut apa yang dimaksud dengan konsep kawasan TOD.
Key Takeaways:
- TOD adalah area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik dengan tujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga memungkinkan adanya peningkatan daya angkut penumpang.
- Dampak positif dari adanya TOD adalah dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sekaligus mengurangi kemacetan dan mendorong pembangunan kota yang ramah terhadap pejalan kaki.
Apa Itu Kawasan TOD?
Pernahkah Anda mendengar istilah TOD, apabila Anda merupakan seseorang yang sering menggunakan moda transportasi umum, tentunya Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah TOD atau transit oriented development. Menurut PT MRT Jakarta, TOD adalah area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik dengan tujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga memungkinkan adanya peningkatan daya angkut penumpang.
PT MRT Jakarta sendiri telah mengimplementasikan kawasan berorientasi transit di beberapa stasiun MRT, misalnya saja Stasiun MRT Dukuh Atas BNI yang terletak di Jakarta Pusat, stasiun ini telah menjadi contoh bagaimana penerapan kawasan TOD di DKI Jakarta. Ketika Anda berada di area tersebut, Anda dapat dengan mudah berpindah moda transportasi umum, misalnya dari MRT ke TransJakarta, LRT, dan Commuter Line hanya dengan berjalan kaki. Konsep tata ruang seperti ini yang ke depannya harus lebih masif dibangun, selain dapat menarik minat masyarakat untuk berpindah menggunakan transportasi umum, juga dapat memudahkan akses pejalan kaki terhadap transportasi umum.
Selain itu, dengan adanya pengembangan kawasan TOD dan pembangunan yang semakin merata akan memiliki dampak bagi sektor properti, yaitu dengan meningkatnya nilai properti di sekitar kawasan TOD, serta efek domino ekonomi juga akan semakin berputar.
Berbicara mengenai kawasan TOD, topik yang menjadi perbincangan akhir-akhir warga Ibukota yaitu polusi udara juga berpotensi membaik. Pasalnya, dengan penerapan TOD, maka masyarakat akan diajak untuk berjalan kaki dan menggunakan moda transportasi umum, sehingga akan mengurangi emisi gas buang kendaraan.
Dampak Positif Kawasan Berorientasi Transit
1. Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi
Dengan adanya konsep kawasan TOD, tentu saja hal tersebut dapat berpotensi meningkatkan daya tarik masyarakat yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi untuk mulai beralih menggunakan sistem transportasi massal, dengan demikian tentu saja volume kendaraan pribadi akan berkurang dan dapat menurunkan tingkat kemacetan terutama ketika jam-jam sibuk.
Efek jangka panjang dari hal tersebut adalah membaiknya polusi udara di DKI Jakarta yang belum lama ini sempat menjadi perbincangan hangat akibat indeks kesehatan udara yang sangat buruk.
2. Pembangunan Kota yang Ramah Terhadap Pejalan Kaki
Berjalan kaki sepertinya masih belum menjadi aktivitas sehari-hari masyarakat Indonesia, hal ini tidak lepas dari masih minimnya akses pejalan kaki seperti fasilitas trotoar, apabila memang sudah tersedia tidak jarang ditempati oleh pedagang kaki lima atau bahkan parkir liar.
Kawasan transit oriented development TOD memberikan ruang yang lebih bagi para pejalan kaki dan juga memastikan bahwa fasilitas pejalan kaki berupa trotoar dalam keadaan yang baik. Konsep TOD akan “memaksa” masyarakat untuk berjalan kaki agar dapat berpindah dari satu moda transportasi ke moda transportasi lainnya.
Miliki Hunian Berkonsep TOD Hanya di Jababeka Residence
Kota Jababeka merupakan pusat industri terpadu sekaligus sebagai kota mandiri yang terletak di Kabupaten Bekasi, Kecamatan Cikarang Pusat, dengan total luas lahan mencapai 5600 HA telah menjadi rumah bagi setidaknya 2000 perusahaan baik nasional maupun multinasional. Menjadi pusat industri terpadu dan perkantoran bagi masyarakat, Kota Jababeka mengusung konsep transit oriented development dengan memadukan beragam moda transportasi seperti akses Commuter Line Jabodetabek, Trans Jababeka, hingga fasilitas shuttle menuju stasiun LRT terdekat.
Dengan keuntungan memilih hunian di Kota Jababeka, tunggu apalagi? Segera hubungi kami di sini untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Baca juga: Ini Dia 5 Keuntungan Memilih Tinggal di Hunian TOD